Thursday, October 01, 2009

Budaya Konsumtif : Positif or Negatif ?

Sudah sering kita mendapat nasehat dari orang tua atau dari siapapun agar kita berhemat dan tidak bersikap konsumtif dengan berbagai sebab dan contoh. Bahkan pemerintahpun sering menganjurkan warganya untuk bersikap hemat dan tidak konsumtif.

Tapi saya kok punya pendapat laen ya? Bagi saya, kalo anda bersikap konsumtif, itu adalah sesuatu yang positif. Bagi saya, ketika anda bersikap konsumtif, berarti Anda telah membagikan sebagian nafkah Anda kepada mereka yang membutuhkan, Anda adalah penolong bagi para pemilik usaha, Anda adalah penolong bagi karyawan ditempat dimana Anda membelanjakan uang Anda, Anda tidak egois dan mau berbagi rejeki dengan orang lain, melalui tangan-tangan perantara seperti Anda, Allah mendistribusikan rejeki kepada mereka yang membutuhkan.

Saat ini, dunia wirausaha sedang menggeliat. Tren menjadi karyawan atau PNS sudah berlalu. Berbagai jenis usaha sedang menjamur, baik yang bersifat konvensional hingga yang bersifat high-tech dan atau bersifat kreatif baik dari segi produk maupun konsep. Buku-buku dan majalah-majalah tentang enterpreneurship dan 'how-to' mulai dari soal jenis usaha, bagaimana memulainya hingga bagaimana strategi permodalannya dan managementnya, bertebaran dimana-mana dan sangat mudah kita dapatkan. Pokoknya, klo mau jadi wirausahawan di era sekarang ini, segala macam petunjuk dan informasi seluk beluk tentang hal tersebut sangat mudah untuk didapatkan.

Tapi.......coba bayangkan jika semua orang membuka usaha baru dan semua orang: dengan ego dan alasan masing-masing, tidak membelanjakan uangnya..... Persaingan antar pengusaha saja sudah sangat berat, tapi akan lebih berat jika pelaku usaha dihadapkan pada persoalan : mereka yang punya uang, tidak mau membelanjakan uangnya. Jika mereka yg punya uang tidak mau membelanjakan uangnya, maka uang hanya akan berkumpul di beberapa orang saja dan hal ini akan memperlambat laju pertumbuhan ekonomi. Ini akan mematikan usaha-usaha baru yang bermunculan sekarang ini. Dan usaha-usaha baru tersebut, jika tidak mendapatkan pemasukan yang cukup, pasti akan bangkrut dan terpaksa mem-PHK karyawannya......

Satu contoh yang pasti dan sudah saya amati beberapa kali kalo saya pergi ke Hong Kong. Di Hong Kong, hampir tidak ada resto yang sepi pengunjung..... Ya.......bahkan di beberapa resto, Anda harus antri di pinggir jalan selama 1-2 jam utk mendapatkan tempat duduk. Mengapa semua resto penuh?? Karena di Hong Kong hampir semua penduduknya kalau makan siang atau malam bahkan makan pagi dilakukan di resto. Mereka sangat jarang masak sendiri di rumah kecuali ada alasan tertentu. Padahal, di Hong Kong sama juga dengan di Indo, makan dari masak sendiri lebih hemat dibanding beli makanan diluar. Memang sey, ada alasan lain kenapa orang Hong Kong lebih suka makan diluar, tapi coba lihat dampak dari kebiasaan makan diluar itu, jarang sekali ada resto -baik yg bersifat fine-dining hingga street stall- yang sepi. Semuanya ramai penuh pengunjung.

So....jangan ragu utk bersikap konsumtif, selama itu dalam batas kemampuan, Anda telah membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, dan menurunkan angka pengangguran.

Wassalam,
Rian Seriritta
Posted onboard train from Jogja to Madiun

Powered by Telkomsel BlackBerry®