Sunday, June 13, 2010

My Transforming Path : Penikmat - Pengamat - Pembuat

Walopun kakek saya adalah seorang pengusaha sukses, namun ayah saya adalah seorang pegawai. Saya ngga tau, apakah kakek saya dulu, mengajarkan kepada anak-anaknya untuk sekolah tinggi dan menjadi pegawai. Yang jelas, sebagian besar (95%) anak-anak kakek saya menjadi pegawai.

Hal ini nampaknya berlanjut sampai ke generasi saya.... Saya dan kakak-kakak serta adik saya diajarkan untuk sekolah dan menjadi pegawai, dan bukan pengusaha.

Saya sendiri tidak habis pikir, mengapa jiwa wirausaha justru tidak ditekankan dalam kehidupan sehari-hari kami. Padahal telah terbukti dalam keluarga kami, dengan menjadi wirausaha, kehidupan akan lebih baik.

Namun demikian, saya cukup beruntung memiliki berbagai akses informasi. Dari berbagai informasi itulah saya sedikit dibangunkan dari tidur panjang saya...saya sedikit banyak diguncang dari jebakan complacency yg selama ini meninabobokkan saya. Seiring dengan banyaknya informasi yg saya peroleh, semakin tumbuh kesadaran dalam diri saya untuk meneruskan bakat yang mengalir dalam darah saya: bakat pengusaha.

Saya memang belum tahu mau mulai dengan bisnis apa...sayapun belum memiliki blue print dan road map yang akan saya lalui untuk menuju apa yang saya cita-citakan. Akan tetapi, sekali lagi, berkat berbagai informasi yang saya serap...tanpa saya sadari, saya paling tidak sudah mulai mengalami transformasi yang positif.

Ya..saya pun tidak menyadari akan hal ini. Saya baru menyadari setelah salah seorang sahabat saya waktu kuliah dulu datang ke rumah. Sebenarnya dia datang untuk memberikan kabar gembira bahwa dia akan segera menikah. Namun selain menyampaikan kabart tersebut, sebagaimana layaknya dua orang sahabat yg lama tak bertemu, kami terlibat diskusi-diskusi kecil.... Diantaranya mengenai bisnis. Waktu itu saya sampaikan beberapa ide bisnis yg saya miliki yg insprasinya saya dapat dari pengamatan saya selama ini di berbagai daerah maupun negara yg pernah saya kunjungi. Memang cukup banyak ide bisnis saya yg terinspirasi mulai dari sop ayam Pak Min sampai MTR di Hongkong. Teman saya sempat berkomentar : sampeyan sekarang sudah mulai jeli melihat peluang bisnis...tinggal eksekusi saja....

Ya...mungkin saya sedang mengalami transformasi itu....sedang berproses. Dulu saya sebatas penikmat....tanpa menjadi pengamat...apalagi pembuat. Dulu, kalo saya mampir ke warung makan - sop ayam Pak Min misalnya - saya hanya akan sebatas menjadi penikmat sop itu sendiri, tanpa ada niatan untuk mengamati, peluang atau paling tidak inspirasi bisnis apa yg bisa saya dapat dari warung sop Pak Min itu. Begitu juga ketika saya dulu mondar-mandir naik MTR di Hongkong maupun negara-negara lain.....dulu saya hanya akan menjadi penumpang - alias penikmat - dari MTR tsb. Paling-paling yg ada di otak saya adalah : wah....lampunya indah, iklannya bagus-bagus, dll. Tapi skarang mungkin sudah berbeda....saya akan selalu bertanya : bagaimana sistem bisnisnya....peluang-peluang bisnis apa yg bisa diambil...model-model bisnis apa yang bisa dicontoh dan dikembangkan.

Seiring proses Amati-Tiru-Modifikasi, proses transformasi saya semakin jelas. Hanya saja, saat ini saya baru sampai pada tahap Pengamat....belum pada Pembuat yang siap mengeksekusi ide-idenya.

Saya sadar, sebagaimana pepatah Cina kuno : jarak ribuan li pasti akan diawali dengan satu langkah kecil pertama. Beberapa ide saya memang sangat simple. Tapi beberapa ide saya yg lain - atau bisa disebut juga sebagai mimpi saya - sangat besar, setidaknya bagi saya.

Do'ain ya...agar langkah-langkah kecil saya, dapat mengantarkan saya menempuh ribuan li tersebut.

Salam FUNtastic...
Rian Seriritta

Powered by Telkomsel BlackBerry®